Selasa, 07 September 2010

(Everlasting) Awaiting Friend Confirmation

Tadi malam, aku sama sekali tak memikirkanmu. Bahkan, aku mungkin telah benar-benar lupa akan kepergianmu.

Tapi aku punya alasan untuk lupa. Aku tidak pernah bertemu denganmu. Aku hanya mengenalimu dari foto Facebook-mu, yang telah aku add, dan dan tidak mungkin terkonfirm.

Anehnya, pagi ini aku bisa memimpikanmu, dan saat kuterjaga, bahkan hingga aku menulis tentang mimpiku ini, aku masih ingat setiap detailnya.

Aku masih ingat setiap kata-katamu. Kata per kata.
Aku masih ingat kerutan di keningmu.
Aku masih ingat tatapan matamu.
Aku masih ingat senyumanmu.
Bahkan aku masih ingat genggaman tanganmu.

...yang saat itu hanya untukku.
Namun seketika wanita itu hadir. Lalu kamu memeluknya. Pikirku saat itu. Aku cemburu. Pantaskah aku? Dan ternyata kamu hanya terlalu dekat saat membauinya. "Wangi minyak putih,"gumammu setelah itu.
Kalau boleh memilih, aku ijinkan kamu bersanding dengan wanita itu, wanita yang ada bersamamu di dunia nyata, tidak hanya di mimpi sepertiku. Wanita yang menangis tersedu-sedu sejak sejam sebelum kepergianmu, hingga kini. Sedangkan aku saat itu, justru tertawa-tawa, bersama teman-temanku. Bukan menertawakan keadaanmu, sungguh. Itu karena aku tidak mengenalmu. Itu karena kukira kau akan bangun. Itu karena kukira kita akan berkenalan. Namun Tuhan berkehendak lain.
Dan aku juga menangis, terisak-isak, di kamarku, atas kepergianmu. Sungguh aneh. Kau bahkan tidak tahu aku ada di dunia ini, untuk apa aku peduli? Tapi aku toh menangis juga.
Pada mimpiku ini, kamu kuanggap sebagai kakakku, yang sangat baik. Tapi, jika terngiang candamu padaku, "Setelah ini kita jadian?", serta kerlingan nakal di matamu, aku jadi serakah. Aku ingin kamu ada. Aku ingin tidur lebih lama, sehingga kita bisa bersama-sama.



...Saat aku membuka profil FB-mu untuk mendapat fotomu, kalimat itu tetap sama: awaiting friend confirmation...
Doaku selalu menyertaimu, mas Kahai.

[+/-]

(Everlasting) Awaiting Friend Confirmation